Saat kecil, saya tidak pernah merasa diminta atau disuruh orang tua untuk membaca, atau saya lupa ya, yang jelas tidak ada dalam kenangan tentang hal tersebut. Minggu pagi, karena libur, bapak akan membeli koran Jawa Pos. Kegiatan yang dilakukan beliau jika tidak ada perihal lain adalah membaca koran. Walau hanya seminggu sekali, koran di rumah kami akhirnya menumpuk. Saya ingat saat anak tetangga yang butuh tugas sekolah membuat kliping resep masakan, dia datang ke rumah dan membongkar tumpukan koran bekas. Tetangga yang butuh koran bekas untuk alas juga akan datang ke rumah kami. Nenek yang akan membakar sampah juga kadang meminta koran bekas.
Hari minggu jarang kami isi dengan jalan-jalan atau bepergian. Selayaknya anak SD didaerah saya, hari minggu itu tugas mencuci sepatu lalu melihat deretan kartun yang tayang hanya pada hari minggu dan akan habis tengah hari. Bapak sudah asyik dengan korannya di ruang tamu, ibu pun akan segera bergabung setelah selesai membereskan sarapan dan pekerjaan rumah yang lainnya. Berhubung sering melihat pemandangan bapak dan ibu yang membaca koran, mau tidak mau ya saya ikutan membaca.
Lalu apa yang saya baca?
Rublik di koran Jawa Pos pada hari minggu itu lengkap. saya masih ingat ada ruplik untuk anak walau hanya setengah halaman. Ada rublik resep masakan, ada pulah rublik untuk remaja. Itu sudah sangat senang sekali bagi kami. Kadang kalau kurang ya kita jadi ikutan membaca apa saja yang bisa kami baca. Sesekali bapak juga membelikan majalah bobo, karena bagi kami harga majalah bobo bisa untuk membeli yang lebih dibutuhkan. Intinya belum ada di list belanjaan ibu. Belum tentu berapa bulan sekali belinya dan dalam waktu satu hari saja sudah ludes saya dan adik membacanya.
Dari kebiasaan tersebut, saya jadi haus dan penasaran dengan membaca. Majalah bobo sedang naik daun, untuk membelinya saya mengumpulkan dari uang saku. jika tidak cukup nanti bapak yang akan menambah. Ternyata masih juga "haus", satu majalah baru langsung habis dalam waktu 1 sampai dengan 2 hari. Kemudian saya dan teman saya keliling pasar tradisional untuk membeli majalah bobo bekas, selain murah akan dapat banyak cerita kan. Kok di pasar? iya, biasanya majalah bekas yang sudah jauh dari tanggal terbit akan di jual ke penjual ikan atau sayur dengan harga murah. mereka akan gunakan sebagai pembungkus belanjaan. beruntung jika kami mendapatkan penjual ikan yang masih punya tumpukan pembungkus yang rapi, artinya majalah tersebut masih aman tanpa robekan. kalau sedang tidak beruntung, kami juga bisa kena marah oleh pemiliknya karena dianggap mengacak-acak pembungkus mereka hehehe. Padahal kan kami lagi mencari harta karun pak..bu.. hehehe.
Bahagia kah? Kasian ya, melas banget ya ceritanya? jujur saat itu saya bahagia, tidak terlintas sedikit pun rasa malu atau sedih kok mau baca gini amat yaaa, tidak ada sama sekali. Mungkin juga karena saya tidak tahu pembanding atau kehidupan anak lain yang dapat memiliki akses membaca dengan mudah. Jadi tidak ada rasa iri atau menggerutu. Saya dan teman-teman setelah berburu majalah bekas berkumpul dan nanti akan saling bergantian meminjam. Malah kalau dipikir sekarang, dulu kami selayaknya "Independent kids" hahaha.
Intinya disini, kebiasan itu bisa ditumbuhkan dengan dicontohkan. bapak ibu saya tidak pernah menyuruh membaca, bapak ibu saya hanya sekedarnya memfasilitasi bacaan saya, tapi anaknya bisa sampai blusukan cari buku bekas gara-gara suka baca. Suka baca karena ya melihat orang tuanya membaca. Sekarang kalau kita sebagai orang tua lebih suka main Handphone ya jangan kaget jika anak-anak akan meniru hal tersebut. Mau difasilitasi dengan banyaknya buku, buku interaktif, keren, lucu, menurut saya tidak banyak efeknya jika memang dari orang disekitar kita tidak mencontohkan membaca. Duh.. ini sih sebagai pengingat saya sendiri ya.
Dan satu lagi, tidak banyak melihat kehidupan orang lain dan membandingkan dengan hidup kita adalah solusi hidup bahagia. "Syukuri hidupmu... tunjukkan pada dunia bahwa kau mampu..." hiyaaa malah nyanyi. Dengan bersyukur malah akan ada jalan mencari solusi atas kekurangan-kekurangan yang ada. Yuk semangat yuk...
Saya sebagai ibu ini menjadi tantangan mengenalkan literasi pada anak-anak. tidak bisa berhenti pada hanya memfasilitasi membeli buku. saya juga harus enjoy dan menumbuhkan literasi untuk diri saya sendiri dulu. Jika saya nyaman dan bahagia, pastinya akan lebih mudah menjadi contoh yang baik. bagaimanapun membaca adalah jendela dunia, dengan membaca kita berkembang, otak kita, kemampuan menalar kita, merangkai kata, pengetahuan, topik pembicaraan dan masih banyak lagi Bismillah...
Jadi sudahkah Anda membaca hari ini?
Novel baru nih... enjoy.. |