Senin, 28 September 2015

Mengkaryakan Diri

Apel pagi ini...
Pimpinan Apel :  "Kita harus pandai-pandai menjual diri, dalam artian positif pastinya. " "Menjual kemampuan, talenta dan skill kita."...dst....

Saya agak-agak lupa sih, yang jelas saat pimpinan Apel bilang "menjual diri" saya baru melek dan ngeh untuk memperhatikan hihhhi. Iyaaa, kadang pas apel hari senin seringnya saya hanya mendengarkan sekenanya saja, masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Jangan ditiru yaa untuk anggota apel lainnya :p

Sebenarnya saya antara setuju dan tidak setuju dengan ungkapan pimpinan apel hari ini. Sebagai seorang yang bekerja memang kita dituntut dengan pencapaian. Apapun itu dan setiap orang pasti berbeda-beda target pencapaiannya. Bagi seorang pegawai mau negeri atau swasta juga terdapat kontrak dan target yang harus dicapai apalagi kalau sudah diburu waktu dudududuu bikin pening pala berbiii..
Kata beliau kita sebagai pekerja harus pandai menjual diri, menjual kemampuan kita, talenta dan skill kita agar eksistensi kita ada dan kita itu dibutuhkan dalam organisasi. Saya setuju, apalagi orang yang baik itu bermanfaat bagi orang lain, termasuk dalam menyelesaikan pekerjaan kan yaa? Paling tidak, orang lain itu tahu keberadaan diri kita dengan semua pekerjaan yang kita hasilkan, jadi bukan hanya sebagai figuran atau malah yang lebih buruk lagi tidak dibutuhkan dalam kantor. Sedih banget kan ya,,

Namun disisi lain, ketika kita menjadi yang dibutuhkan rasanya apa-apa semua tertuju kepada kitaa, Kita dianggap tahu dan mampu mengerjakan hal-hal yang kadang diluar tugas utama. Istilahnya tugas tambahan, iya sih tugas tambahan memang masuk dipenilaian dan mendapatkan point. Tapi kadang kala kita tidak mau point tersebut, kita maunya kerja sesuai dengan tugas utama dan selesai kemudian tenang damai weekend!!!. Trus tugas tambahan gimana?? yang mana juga tidak bisa nolak kan... T_T

Kalau seperti ini rasanya jadi pertentangan diri yaaa, atau mungkin hanya perasaan saya saja hehehe. 
Menjadi yang bisa dan selalu diberi pekerjaan tambahan untuk diselesaikan atau menjadi yang biasa saja akhirnya tidak ada pekerjaan tambahan yang diberikan kepadanya??. Terus ujung-ujungnya sedih banget kalau sampai dengar teman putus asa dengan pekerjaan yang banyak whahaa *padahal sayanya juga suka berputus asa :D. Entah kenapa saya sedih loh, beneran, bukan sok bijak yaa bukan juga sok pekerja keras, dan ya mungkin itu timbul akibat kekecewaan dia juga terhadap semua yang terjadi. Lah tapi mau bagaimana lagi? Kalau dirasa lebih baik untuk terus terang kepada pimpinan ketika kita merasa sudah overload, menurut saya lebih baik daripada ngumpat terus dibelakang kan?. Kita punya tanggung jawab, upah yang diterima kalau kitanya tidak maksimal dalam bekerja apa ya menjadi berkah?? saat banyak pihak yang dikecewakan oleh kita apakah jadi barokah??. 

Selama ini saya juga merasa belum maksimal dalam kerja, masih sering pontang-panting saat deadline. Berarti pengaturan waktu saya kurang bagus kan yaa, namun insya allah saya berusaha semaksimal yang saya bisa kerjakan. Tugas tambahan juga kalau memang saya mampu ya saya kerjakan, kalau tidak yaa bilang terus terang atau meminta bantuan kepada orang lain. Saya sih tidak ingin menjual diri, saya maunya mengkaryakan diri saya seoptimal mungkin. Kalau semisal akhirnya dianggap pantas dijual itu terserah yang menilai kan yaaa. Yoyoyooo semangat untuk semua pekerja diluar sana :D.

Demikian curhat senin manis... semoga berkah dan barokah sepanjang minggu ya temans :)

            

Jumat, 18 September 2015

Penggunaan Kata Jangan



by google
Beberapa waktu lalu saya sering sekali mendapat kiriman image tentang Alternatif pengganti kata "Jangan" kepada anak-anak. Tak sedikit pula yang share tentang artikel tersebut di media sosial saya baca di Facebook. Sebagai ibu, saya sih mangut-mangut ya saat baca artikel tersebut entah bisa mempraktekkan atau tidak. Dalam bayangan saya betapa indahnya tanpa ada nada marah atau kesal anak bisa diarahkan dengan kata-kata positif seperti itu. Tapi apakah semudah itu??? yaaa dimana pun teori akan lebih mudah daripada praktek whahhaaa. Apalagi saya lebih setuju dengan teori parenting bahwa teori A belum tentu cocok dengan anak A, dan yang paling paham tentang mana yang baik untuk anak tentunya orang tua yaa.

Balik lagi dengan alternatif kata jangan, saya juga menemukan artikel tandingan yaitu yang kesannya meyalahkan artikel penggunaan alternatif kata jangan tersebut. Sampai membawa hadis dan beberapa ayat suci untuk menguatkan bagaimana pentingnya penggunaan kata jangan tersebut. Seperti biasa, parenting pun menjadi perdebatan yang panjang dan tak berkesudahan mirip lah dengan melahirkan normal vs SC, ASI vs Sufor dan masih banyak lagi. Kalau saya pribadi lebih suka membaca banyak artikel-artikel tersebut dan menggambil mana yang sekiranya cocok diterapkan pada Kynan dan sesuai dengan apa yang keluarga kita yakini. Karena ya parenting atau cara asuh pada anak sangatlah berbeda satu sama lain, yang kembar saja pasti perlu penanganan beda, apalagi yang beda bapak ibu kan ya. Kalau kata mas Dani, lain ladang lain belalang sayaa setuju banget dengan istilah tersebut hihihi.

Sebagai menikmat artikel parenting, memang saya sering dibuat bingung dengan hal-hal seperti diatas, perseteruan artikel salah satunya. Awalnya saya mangut-mangut pada artikel pertama, tapi artikel yang kedua juga ada benarnya. 

Kemarin berkesempatan hadir pada Tahsin di sekolahnya Kynan. Saya datang telat tapi alhamdulillah masih kebagian sesi ceramahnya, dipandu Ustazah Ulya, beliau memaparkan tentang beberapa hal yang perlu ditanamkan pada anak, tentunya selain pendidikan formal yaa, 
1. Pendidikan Aqidah tentang Tuhannya, anak harus sudah diajarkan berkeyakinan dan Tauhid bisa dengan bercerita, membaca buku, mengenalkan sang pencipta
2. Pendidikan dalam ibadah, tatacara dan aturan dalam peribadah bisa dimulai dari mengikuti gerakan sholat ayah bunda, mengajak sholat ke masjid, membiasakan membaca doa dalam setiap kegiatan 
3. Pendidikan Akhlak atau moral karakter. yang perlu berhati-hati adalah disini, dimana guru dan orang tua adalah rolle model bagi anaknya. Mereka dalam usia yang sangat gampang menyerap apapun akan selalu menjadikan orang-orang terdekat yang anak hormati menjadi panutan.

Saya berkesempatan menanyakan pandangan beliau tentang penggunaan Alternatif kata Jangan tersebut, penjelasan beliau menurut saya lebih bisa diterima tanda menyakiti banyak pihak, pihak pro dan kontra penggunaan alternatif kata jangan. Kurang lebihnya seperti ini :

Menurut beliau ada 2 aspek yang perlu diperhatikan, pertama aspek psikologi anak, saat dengan gembira anak diajarkan hal-hal yang baik pasti yang tertanam dalam alam bawah sadarnya adalah hal-hal yang menyenangkan sehingga akan cepat sekali terserap, sebaliknya apabila dengan tekanan, omelan, melotot dan kata-kata yang kurang baik, mungkin anak tersebut memang akan berhenti melakukan hal yang membuat orang tua marah, namun yang teringat pada benak mereka adalah marah-marahnya tadi bukan tujuan larangannya dan akibat seringnya berkata jangan, membuat anak berfikir "Kata Jangan" itu suatu yang biasa saja. Lari-lari di halaman jangan, naik kursi jangan, main air jangan, merantakin mainan jangan, menjadikan Jangan adalah aturan yang biasa saja.

Aspek kedua berhubungan dengan tingkat bahaya tindakan anak. Berhubungan dengan aspek pertama tadi, ketika anak tidak terbiasa mendengar kata jangan, anak anak menjadikan kata Jangan tersebut sebagai alarm yang sangat keras di dalam dirinya. Sehingga anak bisa membedakan mana yang harus benar-benar dihindari. Contohnya tentang ke-Tuhanan yaa, "Janganlah kau mempersekutukan Allah".. kalimat tersebut benar-benar memang wajib hukumnya untuk kita yakin kan??, nah kalau sampai anak-anak beranggapan Jangan tersebut sama dengan jangan pada larangan-larangan yang biasa saja bisa gawat dong yaa, semoga kita semua dijauhkan hal semacam ini yaaa amin. Atau pada tindakan-tindakan berbahaya yang lainnya.

Jadi sebenarnya penggunakan kata Jangan sebaiknya digunakan untuk membedakan tingkat urgensi suatu tindakan anak. Kalau hal-hal yang ringan namun memang perlu peringatan, bisa diperingatkan dengan menyenangkan dan bisa menggunakan alternatif kata jangan tersebut, tapi saat menyangkut keyakinan, bahaya dan keselamatan sudah pasti kata Jangan memang harus dipakai. Satu hal lagi, larangan pada anak, mau itu menggunakan alternatif kata jangan atau tidak sebaiknya diikuti dengan penjelasan agar anak tidak bingung dengan larangan-larangan yang ayah bunda berikan. 

Semoga bermanfaat ya, saya juga masih banyak belajar  :)
Selamat hari Jumat temans,, Semoga barokah dan selamat menunggu weekends hihihii

Jumat, 04 September 2015

Rencana dan Hasilnya

Manusia boleh berencana namun tetap Tuhan lah Maha menentukan,

Yuhuuu ini obat galau paling ampuh, ya kadang masih kebawa melow atau kebawa pikiran terus tapi lumayan juga buat penyemangat menatap esok lebih cerah #eaaa ,

Seperti jadwal weekdays saya selama ini, yang standar saja dan khas ibu-ibu banget yaaa. Bangun pagi subuh, sholat, masak, beberes dan meyiapkan keperluan kami sekeluarga, nyuapin Kynan, mandiin sampai saya persiapan buat berangkat kerja pastinya dengan bantuan plus kerjasama bersama ayahnya Kynan. Namunnnn... selalu saja kadang rencana yang menurut saya sudah sangat terencana dan matang masih bisa melenceng dari koridor waktu heheehee. 

Pagi hari itu waktu yang sangat sangat kritis banget bagi kami terlebih saya. Habisnya kalau lihat ayahnya Kynan lempeng saja, biasa saja whahhaa. Sesekali waktu saya sudah terbangun sebelum subuh, menyiapkan segalanya berharap nantinya beres semua, no drama dan agak santai lah namun tetap saja jatuhnya terburu-buru atau kadang malah telat masuk kantor karena kondisi jalan yang padat. *siapin kalkulator hitung potongan.
Nah kadang juga, waktunya sudah mepet banget (dari rencana saya...) seringnya karena terlambat bangun, ehhh ternyata semua selesai dengan baik, tidak terburu-buru, ngantor tidak telat pokoknya indah :D

Jadi ya menurut saya serapi apapun rencana kita, saat Tuhan belum mengijinkan belum menentukan ya tentu hasilnya tidak sesuai dengan harapan kita. Mungkin Tuhan mau kita bisa belajar dari apa yang kita lakukan, dan pasti Tuhan tahu kapan waktu terbaik untuk membuat semua rencana kita berjalan lancar #ngomong sama cermin :p

Seperti pagi ini, saya baru mandiin Kynan jam 07.05 padahal biasanya jam segitu dia sudah siap grak tinggal nunggu pengasuhnya datang, dan masih pakai drama nangis karena tidak mau sikat gigi dududduuuu, akhirnya berimbas saya berangkat kerja 07.20 wita padahal masuk kantor 07.30 wita. 10 menit??? iyes, sudah siap sih dengan berbagai potongan jadi tetap slow saja, bismillah berangkat. Lah ternyata yaa kok jalanan mulus banget, kendaraan tidak begitu banyak bisa selip kanan kiri dan bisa agak ngebut lah pokoknya,  tapi ngebut ala saya yaaa :D. Sampai di kantor mesin finger tepat 07.30 WITA, huwooo alhamdulillah hari ini bebas 2% nya hihiii. Jarak rumah dengan kantor memang tidak terlalu jauh namun setidaknya dengan kecepatan saya menggendarai motor masih membutuhkan sekitar 15menit. Jadi saat 10 menit baru keluar rumah masih dadah dadah cantik, masih dipanggil-panggil sama anak gadis pastilah kalau dipikir bakal telat.

Bukan berarti yang tidak berencana juga bisa berjalan baik, begitu pula sebaliknya, setiap kejadian itu kan sebab akibat. Menurut saya harapan atau impian itu harus ada, harus punya, lalu melakukan yang terbaik dan berdoa. Hasilnya?? ikhlaskan :) 
Selamat hari Jumat.


Hello...... :)